Kembali ke Akar Demokrasi

Dalam sistem yang katanya demokratis, suara rakyat semestinya menjadi pusat segalanya. Tapi hari ini, yang terdengar justru sunyi.
Gambar ini bukan sekadar ilustrasi—ini jeritan diam dari mereka yang dibungkam.

Mulut tak boleh bicara, mata tak boleh melihat, dan telinga tak boleh mendengar—karena semuanya telah ditutup… oleh tangan-tangan kekuasaan. Tangan yang seolah melindungi, padahal perlahan mencekik. Di dada, tertulis jelas: “HAK ASASI – *Syarat & Ketentuan Berlaku”—sebuah sindiran keras bahwa kebebasan kini datang dengan catatan kaki, kontrak diam-diam, dan batasan tak kasat mata.

Mahkota di atas kepala mewakili sosok pemimpin yang sah secara simbolis, tapi menindas dalam praktik. Demokrasi yang seharusnya terbuka, kini jadi panggung boneka di mana kekuasaan mengatur siapa boleh bicara dan siapa harus bungkam.

Seruan “Back to Basic” di bagian bawah menjadi ajakan lantang—untuk kembali pada akar sejati demokrasi:
Kebebasan berekspresi, keterbukaan dalam pemerintahan, dan kedaulatan mutlak di tangan rakyat.
Tanpa syarat. Tanpa tipu daya.