Lapar Tak Kenal Batas

Dalam balutan warna mencolok dan garis yang menggoda mata, seekor tikus kartun muncul—terlihat lucu, bahkan menggemaskan. Tapi jangan tertipu. Di balik ekspresi polosnya, tersembunyi simbol kerakusan yang menyamar jadi kepedulian. Ia melahap pulau demi pulau: Waigeo, Misool, Batanta, Kofiau—tanpa rasa bersalah, seolah itu semua memang disiapkan untuk dikunyah.

Ilustrasi ini bukan sekadar gaya—tapi sindiran.
Tikus itu bukan tokoh fiktif, ia mewakili aktor-aktor nyata yang mengekstrak kekayaan alam Raja Ampat dengan dalih pembangunan dan kemajuan. Mereka datang dengan janji, membawa bendera investasi, namun menyisakan jejak kerusakan.

Garis-garis listrik dan ledakan warna dalam ilustrasi ini menggambarkan ketegangan yang tak terlihat: antara keindahan yang terus dipromosikan dan realitas yang terus digerus.
Raja Ampat tak butuh lebih banyak sorotan—ia butuh perlindungan dari kerakusan yang menyaru kepedulian.